Monday, June 3, 2019

Baterai Kehidupan adalah Nyawa

Bukannya gua ga ada bahan tulisan, tapi emang lagi pengen mengulang lagi tulisan ini.. 6 tahun yang lalu... Sudah diedit dengan bahasan yang lebih jelas.

"Nyawa itu sangat berharga, seperti baterai yang membuat suatu barang bisa berfungsi, begitu juga nyawa yang membuat manusia tetap hidup. Suatu saat baterai bisa habis, begitu juga nyawa.

Kalau baterai bisa diisi ulang, nyawa tidak bisa semudah itu diisi ulang bahkan bisa jadi tidak bisa diisi ulang. Nyawa adalah karunia Allah yang membuat manusia bisa hidup bertahun-tahun lamanya.

Tanpa nyawa manusia tidak bisa hidup, tetapi ada juga manusia yang merasa tidak butuh nyawa, lalu menyia-nyiakannya. Sedih melihat orang yang menyia-nyiakan hidupnya, padahal mereka bisa menggunakan nyawa dengan sebaik-baiknya.

Karena itulah aku mau terus hidup sampai nyawa ini lelah nanti. Ada hal yang terjadi di luar kehendakku. Ada keinginan yang tidak terwujud, bagaimanapun aku memohon,

Maka dari itu, aku ingin menikmati hidup ini sambil tersenyum bahagia dengan penuh semangat.

sampai bateraiku habis nanti."

Ah.. Entah kenapa gua selalu membaca dan mengulang tulisan ini. Sebagai pengingat diri saja sih, meskipun di tengah jalan gua selalu lupa klo umur gua tuh ga akan tau ampe kapan hahahaa.... Namanya juga manusia tempatnya lupa *jangan pembenaran deh*

Ada yang datang tentu ada pula yang pergi, dan sudah menjadi hukum alam segala sesuatu yang datang pasti akan ada yang pergi. Gua sadar, gua datang dan pasti gua akan pergi. Sekalipun anak kembar yang di brojolin bersamaan bisa jadi akan berpisah juga. Manusia memang makhluk sendiri. Hanya ada 1 yang datang tetapi tidak pernah pergi, yaitu Allah Ta'ala.

Dia hadir dan menghadirkan kita, memberi kita kebebasan untuk "bermain" di dunia ini, tetapi ada batas waktu karena Allah pasti kangen dengan kita sehingga Allah memanggil kita untuk pulang.

Pernah gua baca di salah satu artikel (sumpeh gua lupa sapa yg nulis) di dunia maya, setiap orang tua akan menitipkan pesan kepada anaknya jika ingin keluar rumah, "jangan telat pulangnya". Terdengar biasa dan sederhana, tapi jika kita mau melihat dari sudut lain, kalimat tersebut memiliki makna "jangan aneh2 di luar sana, karena suatu saat harus pulang".

Setiap seorang anak pulang ke rumah, rata2 orang tua, baik itu ibu atau ayah pasti akan menanyakan, kemana saja? Ngapain saja? Sama siapa? Dan berentet pertanyaan lainnya. Begitu juga dengan Allah, akan menanyakan kemana? Ngapain? Sama siapa? Kenapa begini? Kenapa begitu? dan lain2 kepada kita nanti.

Apakah orang tua kepo? Ga juga, mereka wajar menanyakan biar lebih dekat. Apakah Allah kepo? Ga juga, wajar kok menanyakan karena sayang.

Manusia memang makhluk sosial yang membutuhkan orang lain, baik yang dikenal atau tidak. Kalo ada yang bilang ga butuh orang lain, bohong banget. Dia mau makan pasti masak dulu, oke masak sendiri tapi bahan2nya beli dari orang lain kan? Kecuali dia nanam sendiri, manen sendiri. Mau jalan2 make kendaraan sendiri, habis bensin, pasti butuh orang lain buat isi kan? Kecuali jasa layan sendiri sudah berlaku rata. 2 hal tadi masih bisa di bantah, cuma 1 yang ga bisa di bantah, klo wafat (mau caranya bunuh diri kek, normal kek) pasti akan membutuhkan orang lain buat menguburnya. Yang kecelakaan saja pasti di cari dan dibantu ama orang lain.

Inti dari tulisan gua ini apa ya? Hahahaa.. Entahlah kembali kepada yang baca, yang pasti segala sesuatu ga ada yang abadi, yang abadi hanyalah ketidakabadian itu sendiri. Yang pergi biarlah pergi dengan tenang, yang datang sambutlah kedatangannya dengan suka cita, yang masih bertahan janganlah di kekang atau berbuat aneh2 sehingga orang tersebut pergi atau kita yang pergi.

Dedicated to all people who leave me and i leave them.. *lagi malas ber-grammar dgn benar*